Zaman Galatama:
Arema Aremania – Arema sendiri berdiri pada bulan Agustus 1987, dan saat
itu juga Liga Indonesia terbagi menjadi dua bagian yakni, Liga Tim
Semi-profesional yang diberi nama Galatama dan Liga Perserikatan. Ketika
zaman Galatama itulah para supporter Arema atau Arema Aremania adalah
suproter brutal karena bukan murni dari para pemuda Malang. Dan para
pemuda Malang tersebut pun juga terbagi menjadi beberapa geng. Alhasil
antar Arema Aremania pun sering terjadi kerusuhan karena egoisme.
Selama zaman itu persaingan keras antara suporter Surabaya dan Malang
pun dimulai. Di Surabaya sering terjadi pengerusakan kendaraan yang
berplat N dan sedangkan di Malang para Arema Aremania sering merusak
kendaraan yang berplat L juga.
Juga pada tahun 1992 ada semacam ‘sweeping’ menghadapi orang Surabaya di
Malang. Polisi harus melaksanakan operasi agar aksi brutal itu dapat
dicegah.
Serajah Ligina:
Akhirnya sekitar tahun 1990-an nama Aremania pun mulai dipakai sebagai
julukan suporter Arema. Alhasil geng-geng yang bermacam-macam tersebut
mulai luntur dan akhirnya terbentuklah Arema Aremania.
Pada tahun 1990-an ini juga para pesepak bola asing mulai bermain untuk
klub-klub Indonesia. Dan akhirnya dua liga yakni Galatama dan
Perserikatan disatukan menjadi Ligina. Dan klub-klub tersebut dibagi
dalam 2 wilayah yakni wilayah timur, dan barat. Dan untuk menentukan
juara Ligina ditentukan dengan putaran ‘play-off’. Dan pihak Persatuan
Sepak Bola Indonesia (PSSI) pun mulai berkeinginan untuk mengembangkan
Liga untuk menjadi lebih profesional.
Berkat dari beberapa tokoh Aremania, yang bertujuan untuk mempersatukan
suporter Arema, dan akhirnya terbentuklah Arema Aremania. Dan hingga
kini antar suporter Aremania menjadi rukun dan sportif.
Namun untuk pembentukan Arema Aremania sendiri mengalami hambatan.
karena dua kelompok suporter yakni Aremania dan Surabya masih saling
ricuh hingga sekarang. Dan pada Mei tahun 2001 lalu Arema Aremania
sendiri sempat ricuh dengan supporter Surabaya di Sidoarjo, dan ini
menjadi yang paling parah.
Aremania: Bukan Organisasi
Persatuan Arema Aremania berdasarkan pada ide inklusif, yaitu bahwa
semua suporter Arema bersaudara. Sistem ketertiban suporter tergantung
pada pengurus suporter, Koordinator Wilayah atau korwil. Tokoh korwil
adalah pengurus suporter di sebuah kampung atau daerah.
Para tkoh Korwil sendiri memiliki hubungan dekat dengan Polresta Malang,
PS Arema, dan para RT setempat. Dan bila Arema Aremania berkeinginan
untuk melihat pertandingan yang berada di luar Malang, diharuskan untuk
meminta ijin. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kerusuhan kembali.
Dan anggota Korwil yang membayar iuran akan mendapat dua kartu identitas
Arema Aremania. Sedangkan para anggota Aremania akan mendapat tiket
dari tokoh korwil dengan harga loket. Dan bila anggota supporter
Aremania bersedia mengikuti berbagai pertandingan di berbagai tempat
maka akan mendapat kartu identitas.
Manfaat untuk para suporter adalah mereka menjadi sangat tertib di
kandang sendiri atau di kota klub lawan. Karena sistem organisasi itu,
ribuan suporter bisa datang ke Jakarta atau Gresik tanpa ada masalah
serius apapun.
Karena tidak memiliki ketua umu dan anggota korwil yang sangat banyak
inilah Aremania tidak bisa diorganisasikan. Dan juga menghindari
penyalahgunaan Arema Aremania dari pihak tertentu. Bila Arema Aremania
disalah gunakan maka persatuan tersebut akan hilang dan hancur.
Atraksi Pertandingan Arema
Suporter Arema telah membuat atraksi pertandingan selain pertandingan
sepak bola itu sendiri. Yang tersebut dibawah ini adalah hal-hal yang
terjadi sebelum dan selama berlangsungnya pertandingan:
12.00 Daerah di sekitar stadion Gajayana kandang tim Singo Edan mulai didekati suporter.
14.00 Sektor ekonomi mulai ramai sekali.
14.30 Tribun VIP mulai ramai.
15.00 Dirigen Aremania tiba di stadion. Di belakang gawang utara
dirigennya bernama Yuli. Di gawang selatan dirigennya bernama Kapet.
Mereka memulai semacam latihan sorak-sorai, lagu dan dansa yang terus
berlangsung sampai akhir pertandingan.
15.20 Pemain-pemain masuk lapangan untuk latihan. Nama setiap pemain
dipanggil satu persatu oleh penyiar. Pemain Arema menerima tepuk tangan
yang meriah.
15.25 Penonton semua berdiri, mengangkat syalnya dan dengan kompak menyanyikan lagu ‘Padamu Negeri’.
15.30 Permulaan pertandingan sepak bola. Di belakang gawang terjadi
semacam pesta suporter. Ada beberapa pemain tambur yang membantu
dirigen. Ada bermacam-macam lagu dinyanyikan suporter sambil menirukan
gerak-gerik dirigen. Selama dansa itu, suporter melambaikan tangan dan
syal atau bendera sambil melompat-lompat.
17.30 Pertandingan telah berakhir dan Aremania pulang. Walaupun kalah Aremania tidak membuat kericuhan.
Aremanita: Kehadiran Arema Aremania Perempuan.
Selama berlangsungnya Ligina VIII di Stadion Gajayan tidak ada masalah yang lebih serius dari lemparan botol plastik.
Dan juga untuk Arema Aremania perempuan juga tidak masalah jika ikut
hadir untuk mendukung Arema. Dan ini juga dimaksudkan untuk menghapus
pendapat negatif tentang Arema Aremania perempuan yang ada di Malang.